PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

 



BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum abad ke -17, ilmu pengetahuan identik sekali dengan Filsafat. Dalam perkembangan dari masa ke masa, filsafat melahirkan konfigurasi yang menunjukkan “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar bercabang subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru. Bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi, seperti spesialisasi-spesialisasi. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu sistem yang saling menjalin dan taat asas (konsisten). Untuk mengatasi perbedaan antara ilmu satu dengan ilmu lainnya dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Kenyataan ini hanya dapat dijembatani oleh filsafat. Hal ini senada dengan pendapat Imanuel Kant (Anton Bakker, 2:1994) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu, filsafat disebut sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (The Great Mother of The Science) dan kemudian munculah cabang-cabang dari filsafat yang salah satunya adalah filsafat ilmu, dari itu semua kami mencoba menjelaskan sedikit pengetahuan tentang filsafat ilmu dalam makalah informatif ini.

 

B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka secara garis besar, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:

1. apa pengertian Filsafat Ilmu ?

2. apa Signifikansi Filsafat Ilmu ?

 

C. Tujuan Penulisan

Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka secara garis besar, tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini, antara lain:

1. menjelaskan pengertian filsafat ilmu

2. menjelaskan signifikansi filsafat ilmu

 

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

a. Pengertian Filsafat Secara Etimologi

Filsafat dalam bahasa inggris,yaitu: philoshopy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan Sophos (‘hikmah’, kebijaksanaan, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Harun Nasution mengatakan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafa dengan wazan (timbangan) fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian, menurut Harun Nasution, kata benda dari falsafa seharusnya falsafah dan filsaf. Menurutnya, dalam bahasa Indonesia banyak terpakai kata filsafat, padahal bukan berarti dari kata Arab falsafah dan bukan dari kata Inggris philosophy. Harun Nasution mempertanyakan apakah kata fil berasal dari bahasa Inggris dan safah diambil dari kata Arab, sehingga terjadilah gabungan keduanya, yang kemudian menimbulkan kata filsafat. Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal dari bahasa Arab karena orang Arab lebih dulu dating dan sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia daripada orang dan Bahasa Inggris. Oleh karena itu, dia konsisten menggunakan kata falsafat, seperti Falsafat Agama dan Falsafat dan Mistisme dalam Islam. Kendati istilah filsafat yang lebih tepat adalah falsafat yang berasal dari bahasa Arab, kata filsafat sebenarnya bisa diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian kata Arab yang diindonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalnya, seperti masjid menjadi masjid dan karamah menjadi keramat. Karena itu, perubahan huruf A menjadi I dalam kata falsafah bisa ditolelir. Lagi pula, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.[1]

b. Pengertian Filsafat Secara Terminologi

Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau seseorang, yang berdiri di ppuncak tinggi memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Dia ingin menyiak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh dari berbagai sudut pandang. Pengertian filsafat secara terminology bisa sangat beragam baik dalam ungkapan Maupun titik tekanannya. Bahkan, Moch Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya. Oleh karena itu, biarkan saja seseorang meneliti filsafat terlebih dahulu kemudian menyimpulkan sendiri. Pendapat ini ada benarnya, sebab intisari berfilsafat itu terdapat dalam penbahasan bukan pada definisi. Namun, definisi filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan umtuk memberi arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama yang terkait dengan filsafat ilmu. Karena itu, di sini dikemukakan beberapa definisi dari para filosof terkemuka yang cukup reprensetatif, baik dari segi zaman maupun kualitas pemikiran.

c. Pengertian Filsafat Menurut Para Filosof

Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah:

1) Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas. 2) Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata. 3) Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya. 4) Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan. 5) Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakana dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat. Pytagoras (572-497 SM) adalah filosof yang pertama kali menggunakan kata filsafat, dia mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi ke dalam tiga tipe: mereka yang mencintai kesenangan, mereka yang mencintai kegiatan, dan mereka yang mencintai kebijaksanaan. Tujuan kebijaksanaan dalam pandangannya menyangkut kemajuan menuju keselamatan dalam hal keagamaan. Shopia mengandung arti yang lebih luas daripada kebijaksanaan, yaitu:

1). Kerajinan, 2). Kebenaran pertama, 3). Pengetahuan yang luas, 4). Kebajikan intelektual, 5). Pertimbangan yang sehat, 6). Kecerdikan dalam memutuskan hal-hal praktis.

Dengan demikian asal mula kata filsafat itu sangat umum, yang intinya adalah mencari keutamaan mental (the pursuit of mental excellence). Plato (427-347 SM) mengatakan bahwa objek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolut (keduanya sama dalam pandangannya) Sementara itu, Deng Fung Yu Lan, seorang filosof dari dunia timur, mendefinisikan filsafat adalah pikiran yang sistematis dan refleksi tentang hidup. Filsafat juga didefinisikan oleh H. Hamersama sebagai pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren (bertalian) tentang seluruh kenyataan. Sedangkan Harun Nasution mengatakan bahwa filsafat adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan. Dalam pandangan Sidi Gazalba filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran.

 

B. Signifikansi Filsafat Ilmu

            Signifikansi atau arti penting Filsafat ilmu adalah suatu pendalaman tentang filsafat ilmu. Dimana kami memahami signifikansi itu dengan penjelasan Manfaat dan Tujuan filsafat ilmu untuk melengkapi atau memperjelas ilmu.

1. Manfaat Filsafat Ilmu

Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, maka para ilmuan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap dalam sikap arogansi intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuan, sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat islam. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum mengandung manfaat ebagai berikut.

a. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seoang ilmuan harus memiliki sifat kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistic, ya’ni mengangap bahwa pendapatnya yang paling benar.

b. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi , menguji, mengritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderumgan yang terjadi di kalangan para ilmuan menerapkan metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengeahuan ilmu itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan di sini adalah menerapkan metode lmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan , bukan sebaliknya.

c. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dkembangkan harus dapat dipertanggung jawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.[2]

2. Tujuan Filsafat Ilmu

a. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan.

b. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.

c. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.

d. Mendorong pada calon ilmuwan dan ilmuan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.

e. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.

3. Signifikansi Filsafat ilmu Bagi Studi Islam

Signifikansi Filsafat ilmu bagi pengembangan studi Islam yaitu dengan berusaha mencermati hakikat ilmu baik dari segi metode-metodenya, asumsi-asumsinya, tolok ukur kebenarannya, dan segala sesuatu yang melandasi tegaknya ilmu tersebut lewat penelaahan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Dengan demikian, filsafat ilmu berusaha mengkritisi perkembangan ilmu pengetahuan. Studi Islam, sebagaibagian dari ilmu pengetahuan, secara mutlak harus bisa didekati oleh filsafat ilmu. Dari segi ontologis filsafat ilmu akan menggali tentang hakikat studi Islam itu sendiri. Dari segi epistemologis filsafat ilmu akan mengkritisi tentang sumber dan metode yang digunakan oleh studi Islam tersebut. Sedangkan dari segi aksiologis filsafat ilmu akan mengkritisi tentang nilai kepatutan dan kelayakannya setelah memantau tingkat perkembangan dan pengaruh yang ditimbulkannya bagi masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah terbiasa memanfaatkan benda-benda disekeliling kita. Pernahkah kita memikirkan bagaimana kita sebutan sesuatu dengan istilah tertentu. Dalam tradisi islam kita juga mengenal banyak khazanah keilmuan. Kaidah-kaidah ushuliyah di bidang kalam, fiqh, bahkan kebahasaan. Pernahkah kita memikirkan bagaimana rancang bangun ilmu-ilmu tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa persoalan seperti landasan ontologis, epistimologis dan aksiologis. Filsafat ilmu adalah proses berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pendidikan dan bidang keilmuan tertentu. Filsafat ilmu merupakan perenungan yang mempelajari ilmu secara lebih mendalam, mengenai sebab akibat dan sebagainya. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum mengandung manfaat sebagai berikut.

a. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seoang ilmuan harus memiliki sifat kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistic, ya’ni mengangap bahwa pendapatnya yang paling benar.

b. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi , menguji, mengritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderumgan yang terjadi di kalangan para ilmuan menerapkan metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengeahuan ilmu itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan di sini adalah menerapkan metode lmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan , bukan sebaliknya.

c. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dkembangkan harus dapat dipertanggung jawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.

Tujuan Filsafat Ilmu

a. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan.

b. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.

c. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah. i. Mendorong pada calon ilmuwan dan ilmuan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.



[1] Hal 52 Bakhtiar Amsal, 2012, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada)

[2] Hal 121 Drs. Surajiyo, 2007, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia Suatu pengantar,(Jakarta: PT Bumi Aksara,)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngaji Ilmu Hadis

Rumus Penyusun Kitab Hadis Dalam Menentukan Nama Perawi Terakhir